Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Duka Indonesia Raya

DUKA INDONESIA RAYA Kerusuhan adalah balasan olahan pemerintahan Siapa tak tahan? Ketika alat jadi perahan Di balik meja; tawa tak tertahankan Bualan! Hidup dengan kemunafikan untuk sumber kekayaan Di lorong, rakyat melolong menolak kebohongan Senapan dan kekerasan siap untuk menghadang Tetapi; kami tidak ingin mati dikebiri  Negeri ini hancur dengan ulah pemimpin sendiri Barangkali janji hanya sebagai umpan. Tak mempan!  kami tak takut dengan jajahan! Kalian hanya budak-budak pion pemerintahan. Kalian hanya tikus-tikus got yang rakus kekuasaan. Kalian, Kalian hanya manusia-manusia buta tak punya jiwa yang miskin atensi disertai rasa tidak peduli pada kami; yang katanya kalian wakilkan. Cuih! Bahkan tak sudi rasanya kusebut kalian manusia. Toh memanusiakan manusia pun tidak. Hahaha! Seumpama hati ikut merdeka, Negeri ini akan jauh dari kata nestapa. Seumpama korupsi—korporasi di kebiri, Negeri ini kaya r...

O, Kartini biar aku yang mengganti

O, Kartini biar aku yang mengganti Indah nian hidup sebagai wanita idaman adam Pagi sampai malam; cinta tak pernah tenggelam Kebaya dan mahkota seraya berpasangan Kecantikan adalah hadiah seserahan pernikahan Kandil memanggil: mari kita menari Ia ingin menyulut semangat Agar tak kaku saat tiba musim dingin Merona saat musim semi tiba sesaat Dari bilik-bilik jendela Beberapa wanita menggila Diperkosa tak kenal segala usia Hidupnya hancur—pilih jadi pelacur O Kartini, bakar jiwa kami Biar penerusmu mengganti Emansipasi wanita—pemberani Kecerdasaan tetap harus dijunjung tinggi Ingat ini Kartini! Semangatmu abadi Kuraih cita-citamu lagi Wanita perlu dihargai; bukan dipermalukan harga diri - mesinketik

Aura, kata pujangga

Aura, kata pujangga Aura, tepat kata pujangga dalam renung nasib dan bahagia ketika hati tak hati-hati tempatkan sisi siapa berani? meradang segala halangan perestuan dan perseteruan hamilkan umpatan sembunyi wajah dari bilik penyesalan tetes air matanya adu kecepatan tetapi pundak berdiri tetap tegak kesedihan disulam jadi pakaian bias tatap mata bahagia tak tenaga lentik jari tak kuasa: lepas genggamannya di beranda angin bersejuk suasana sebelum lampu tertidur dari lamunan ada dari yang lain dipikirkan! tiba pertanyaan usai tiada nestapa memantik kata-kata Menarilah pada kaca, Aura bila belati begitu nyeri terasa di dada kita belum apa-apa di balik lima warsa pun sejahtera pada tempat biasa kata jangan kau tanya ke mana aku pergi; buka hati lalu pahami isi, aku tak pernah mati! - mesinketik

Malam yang sama

Malam yang sama purnama tepat di kepala perjuangan tiba; bekal tiada langit lepas namun hati tak bebas mengikat hening teruntuk kenang begitu dalam, begitu karam kudengar umpatan dari balik pintu ibumu berkata: Aku hanya angin lalu bergegas! telinga seketika memanas kutanggalkan air mata di beranda malam diam-diam memuram pun duka lagi berbagi sepi doa-doa kubangun jadi sia-sia ah sialan! kini kau malah ikut berperan walau Aku membelah diri, kau kunanti sejauh ke mana kaupergi menjelma udara di kota menjelma ranting cuaca menjelma rekah bunga kamboja - mesinketik